Selamat Datang di Taman Biografi Ulama dan Habaib. Barakallahu Lana wa Lakum

Selamat Datang di Taman Biografi Ulama dan Habaib. Barakallahu Lana wa Lakum

Rabu, 19 Desember 2012

ILMU AQO’ID Dasar Iman dan Islam



ILMU AQO’ID
Dasar Iman dan Islam



Oleh: KH. Abdul Wahhab Chasbullah

Iman didirikan di atas enam perkara;
1.      Beri’tiqad (percaya) pada adanya Tuhan Allah Ta’ala yang Esa.
2.      Beri’tiqad (percaya) pada adanya malaikat Allah Ta’ala.
3.      Beri’tiqad (percaya) pada adanya kitab-kitab Allah Ta’ala.
4.      Beri’tiqad (percaya) pada adanya utusan-utusan AllahTa’ala.
5.      Beri’tiqad (percaya) pada adanya hari kiamat, ialah hari rusaknya alam dunia ini.
6.      Beri’tiqad (percaya) bahwa adanya baik dan buruk itu ciptaan Allah Ta’ala.

Adapun dalil keenam dasar iman di atas ini ialah sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh sahabat Umar ra. sebagaimana yang dikutip oleh Imam Nawawi di dalam kitab Arbain, ketika Nabi Muhammad saw diminta menerangkan apakah iman itu? lantas beliau bersabda

 أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الأخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

Berimanlah kamu kepada Allah dan malaikatNya dan kitab-kitabNya dan utusan-utusanNya dan hari Qiamat dan imanlah kamu pada kepastian Allah dalam baiknya dan buruknya.

Oleh karenanya, barangsiapa yang beriman tetapi tidak berdasar pada enam hal tersebut, maka imannya tidak berguna dan tidak menghasilkan apa-apa kecuali berdiam selamanya di dalam siksa neraka.

Sedangkan Islam didasarkan pada lima perkara; 
1.      Mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu

أشهد أن لااله الاالله واشهد ان محمدا رسول الله

Aku bei’tiqad bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah, dan aku ber-I’tikad bahwa Nabi Muhmmad itu utusan Allah.
Bagi orang yang tidak bisa mengucapkan syahadat dengan bahasa arab maka cukuplah mengucap syahadat dengan bahasanya sendiri, asal saja artinya sesuai dengan syahadat bahasa arab tersebut. Pada dasarnya kewajiban mengucap syahadat sebagai dasar Islam itu sekali selama hidup, asal saja sesudahnya tidak pernah murtad.
2.      Mendirikan shalat lima waktu.
perlu diingat bahwasannya shalat lima waktu inilah tanda keislaman yang kelihatan tiap-tiap hari, dan inilah yang membedakan antara orang Islam dengan lain Islam, sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda:

 العهد الذى بيننا وبين الكفر الصلاة فمن ترك الصلاة فقد كفر

Menurut Imam Syafi’i sabda ini berarti, bahwa perjanjian yang membedakan antara kita orang Islam dan orang kufur ialah shalat, maka siapa yang meninggalkan shalat, maka sungguh ia adalah orang kufur: Menurut Imam Hambali bahwa orang yang sengaja meninggalkan shalat niscaya ia menjadi kufur. Jadi apabila dia mati dalam keadaan tersebut, maka mayitnya tidak harus diurus secara Islam, artinya tidak dishalati atau dikubur di tanah kuburan Islam.
3.      Dasar Islam yang ketiga ialah memberi zakat.
Jangan lupa bahwa zakat itu ada ada beberapa bentuk; zakat fitrah, zakat tanaman, zakat emas dan perak, zakat hewan ternak (mawasyi), Zakat dagangan (tijaroh) dan lain sebagainya

4.      Dasar yang keempat yaitu puasa setiap bulan Ramadhan.
5.      Dasar yang kelima yaitu melaksanakan ibadah haji, apabila kuasa dan cukupnya bekal dan amannya perjalanan dan sempat waktunya. Haji yang wajib hanya sekali dalam seumur hidup.

Adapun asal dalil lima dasar Islam tersebut ialah sabda Nabi Muhammad Saw.  yang diriwayatkan oleh Sayyidina Umar ra. sebagaimana yang dikutip oleh Imam Nanawi di dalam kitab Arbainnya:

 الاسلام أن تشهد ان لااله الاالله وان محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتى الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت ان استطعت اليه سبيلا

Bahwa islam harus bersyahadatlah kalian, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan puasalah kamu di bulan Ramadhan dan hajilah ke Baitullah jikalau kuasa perjalanan.

           
Demikian diterangkan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Majalah Oetusan Nahdlatul Oelama. Penulisan ulangan tulisan beliau ini tentunya disertai perubahan ejaan dan gaya bahasa yang berlaku sekarang (EYD) untuk mempermudah pemahaman.
                                                                                                                            
Sumber: Oetusan Nahdlatul Oelama, No1. Tahun ke-1

Sya’roni As-Samfuriy, Indramayu 29 Muharram 1434 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar