MENGENAL PUTRA-PUTRI RASULULLAH SAW.
Banyak
riwayat yang berbeda tentang berapa jumlah putra-putri Rasulullah Saw. Ada yang
mengatakan 6 atau 7 atau 11 dan 12. Di sini tidak akan menulis panjang lebar
riwayat-riwayat tersebut, karena yang paling shahih adalah 7; 3 putra dan 4 putri. Semua putra-putri Rasulullah Saw.
terlahir dari Sayyidah Khadijah al-Kubra Ra. kecuali satu satu yaitu Sayyid
Ibrohim.
Selengkapnya
nama putra-putri Rasulullah Saw. Adalah:
·
Putra : Ibrahim, Qasim dan Abdullah.
·
Putri : Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fathimah.
Ibrahim
adalah putra pertama Rasulullah Saw. yang dilahirkan sebelum kenabian. Ibrahim
tidak berusia panjang, dia hidup hanya sampai seusia bisa berjalan. Pendapat
lain menyatakan beliau hanya sampai usia 2 tahun.
Menurut
riwayat Mujahid, Ibrahim hanya hidup cuma tujuh hari saja, namun riwayat ini
dianggap keliru oleh Imam Ghallaby (Imam Fadhl bin Ghassan al-Ghollaby al-Baghdady.
Seorang Muhaddits, Muarrikh yang wafat pada tahun 245 H.
Rujuk ke kitab Mu'jam al-Muallifiin juz
8 halaman 71 dan kitab Hadiyyat al-'Arifiin
juz 1 halaman 181), beliau mengatakan bahwa yang benar adalah Ibrahim hidup
selama 17 bulan.
Ibnu
Faris berkata bahwa Ibrahim hidup sampai ia bisa naik kendaraan (onta atau
kuda) dan meninggal sebelum bi'tsah.
Dalam
kitab al-Mustadrak karya al-Faryabiy (Imam
al-Faryaby adalah Ja'far bin Muhammad bin Hasan bin Mustafadh Abubakar al-Faryaby.
Masa hidup beliau antara 207-301 H. Beliau seorang Qadhi dan Muhaddits.
Rujuk ke kitab al- A'laam juz 2
halaman 127 atau kitab Syadzaraat adz-Dzahab
juz 2 halaman 235 atau kitab Tarikh
Baghdad juz 7 halaman 199 atau Tadzkirat
al-Huffadz juz 2 halaman 692 dan Mu'jam
al-Buldan juz 6 halaman 372). Beliau mengatakan tidak ada dalil atau bukti
akurat bahwa Ibrahim meninggal dalam masa Islam.
Ibrahim adalah putra pertama Rasulullah Saw. yang
meninggal dunia.
Sedangkan
Zainab adalah putri Rasulullah Saw. yang paling besar diantara anak perempuan Rasulullah
Saw. yang lain, dan ini tanpa ada ikhtilaf.
Yang terjadi ikhtilaf (kontrofesi) hanya pada apakah Zainab dilahirkan
sebelum Qasim ataukah Qasim dulu baru Zainab. Menurut Ibnu Ishaq, Zainab lahir
pada tahun 33 dari kelahiran Rasulullah Saw. menemui masa Islam dan ikut
berhijrah. Zainab wafat tahun 8 H di
pangkuan suaminya (anak laki-laki dari bibi Zainab sendiri) yaitu Abul 'Ash Laqith,
ada yang mengatakan namanya adalah Muhsyam bin Rabi' bin Abdul 'Uzza bin Abdu asy-Syams.
Zainab
mempunyai putra bernama Ali tapi meninggal saat masih kecil dan belum baligh. Rasulullah
Saw. pernah memangku Ali naik kendaraan pada saat Fathu Makkah. Kemudian lahir
pula dari Zainab ini Umamah, dimana Rasulullah Saw. pernah membawanya sholat Shubuh
dan berada di pundak Rasulullah Saw. Saat Rasulullah Saw. ruku', Umamah pun diletakkannya
dan ketika bangun dari sujud untuk melanjutkan rakaat berikutnya Umamah pun diangkatnya
kembali di pundak beliau Saw. (Lihat dalam Shahih Muslim Bab al-Masajid, hadits no. 42, Shahih
Bukhori Kitab al-Adab Bab 18 hadits no.
5696, Abu Dawud Kitab Sholat Bab 165 hadits
no. 918 dll). Zainab ini pada akhirnya dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib setelah
wafatnya Fathimah az-Zahra.
Putri
Rasulullah Saw. yang bernama Ruqayyah lahir pada tahun 33 dari kelahiran Rasulullah
Saw. Menurut Zuber bin Bakr dan lainnya bahwa Ruqayyah adalah perempuan yang
paling besar diantara putri-putri Rasulullah Saw. Pendapat ini dishahihkan oleh
al-Jurjany. Namun yang paling shahih adalah sebagaimana mayoritas ulama
mengatakan Zainab adalah anak perempuan Rasulullah Saw. yang paling besar dintara
putri Rasulullah Saw. lainnya.
Ruqayyah
menikah denga 'Utbah bin Abu Lahab dan adiknya Ummu Kultsum menikah dengan
saudara 'Utbah sendiri yaitu 'Utaibah. Ketika turun ayat:
تبت يدا أبى لهب وتب
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa".
(QS. al-Lahab ayat 1).
Abu
Lahab berkata kepada kedua anaknya: “Kalian
akan aku bunuh jika tidak berpisah dengan kedua anak Muhammad.” Lalu keduanyapun menceraikan masing-masing
istrinya dan belum sempat mendukhul/menjima'nya.
Utsman
bin 'Affan lalu menikahi Ruqayyah di Makkah. Beliau bersama istrinya Ruqayyah ikut
hijrah dua kali bersama Rasulullah Saw. ke bumi Habsyah (Afrika). Ruqayyah
adalah salah seorang putri Rasulullah Saw.yang parasnya cantik. Ruqayyah wafat
pada saat ayahanda tercintanya yaitu Rasulullah Saw. sedang berjihad dalam
perang Badr. Dalam riwayat Ibnu Abbas, ketika Rasulullah Saw. ta'ziyah setelah
selesai berjihad dan datang ke rumah putrinya, beliau Saw. bersabda:
الحمد لله دفن البنات من المكرمات
“Segala puji bagi Allah yang telah mengambil diantara
wanita-wanita yang teramat mulia, yakni Ruqayyah". (HR ad-Daulaby dalaam Tarikh
Baghdad karya al-Khathib al-Baghdady juz 5 halaman 67 dan 7.291 atau kitab Tahdzib Tarikh Dimasyqy karya Ibnu
Asakir juz 1 halaman 298 dan juz 7 halaman 279, Hilyat al-Auliya juz 5 halaman 209, dan Tafsir al-Qurthuby juz 17 halaman 82 dll).
Putri
Kanjeng Rasulullah Saw. yang bernama Ummu Kultsum menikah dengan 'Utsman Bin
'Affan pada tahun 3 H. Ummu Kultsum wafat pada tahun 9 H. Rasulullah Saw. sendiri
yang menjadi imam sholatnya. Sedangkan yang menggali kuburan adalah Ali bin Abi
Thalib, Fadhl dan Usamah bin Zaid.
Dalam
Shahih Bukhori dijelaskan bahwa Rasulullah Saw. ketika berada di samping
kuburan Ummu Kultsum, nampak kedua mata beliau menitikkan air mata. Lalu beliau
berkata: "Siapakah diantara kalian
yang bersedia meletakkan jasad putriku ke dalam liang lahat?"
Lalu
Abu Thalhah berkata: "Saya Ya Rasulallah."
Kemudian
Rasulullah Saw. pun memerintahkan Abu Thalhah untuk turun ke kuburan.
Sedangkan
Fathimah az-Zahra al-Batul menurut Abu Umar dilahirkan tahun 41 setelah
kelahiran Rasulullah Saw. Ini bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu
Ishaq bahwa beliau berkata: “Semua putra-putri
Rasulullah Saw. dilahirkan sebelum nubuwwah kecuali Ibrahim.” Menurut Ibnu al-Jauzy
bahwa Fathimah az-Zahra al-Batul dilahirkan 5 tahun sebelum nubuwwah.
Dalam
sebuah riwayat mengatakan bahwa putri Rasulullah Saw. yang bernama Fathimah
ini, disebut Fathimah (menjaga/menutupi/melepas) karena Allah Swt. telah
menjaga Fathimah beserta keluarganya dari neraka kelak pada hari kiamat. (HR.
Al-Hafidz d-Dimasyqiy). Sedangkan menurut riwayat al-Ghassany dan al-Khathib
karena Allah Swt. menjaga Fathimah dan orang-orang yang mencintainya dari
nerka. (Lihat Imam as-Suyuthi dalam Jam'
al-Jawami' no. 7780 atau Kanz al-Umal
no.. 34227 dan Tanziih asy-Syari'ah
karya Ibnu al-'Iraqiy juz 1 halaman 413).
Sedangkan
Fathimah disebut al-Batul (terputus/terpisah) karena Fathimah berbeda dengan
wanita-wanita lain di masanya baik dalam soal agama, keutamaan dan
keturununanya. Menurut pendapat lain karena Fathimah adalah wanita yang
melepaskan hatinya dari dunia dan selalu asyik dengan Allah. Demikian menurut
Ibnu al-Atsir.
Fathimah
az-Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib pada tahun ke-2 Hijriyyah. Pendapat
lain mengatakan setelah terjadi perang Uhud. Pendapat lainnya mengatakan
Fathimah menikah dengan Sayidina Ali 4,5 bulan setelah Rasulullah Saw. menikahi
'Aisyah. Pendapat lain mengatakan terjadi di bulan Shafar tahun 2 H. Dan masih
ada beberapa riwayat lain yang berbeda.
Saat
menikah dengan Ali bin Abi Thalib, usia Fathimah az-Zahra adalah 15 tahun 5
bulan setengah. Sedangkan Ali bin Abi Thalib usianya 21 tahun 5 bulan. Ada riwayat
lain juga yang berbeda.
Menurut
Abu Umar Fathimah dan Ummu Kultsum adalah paling utama-utamanya putri Rasulullah
Saw. Fathimah adalah putri Rasulullah Saw. yang sangat dicintai oleh Rasulullah
Saw. Jika Rasulullah Saw. hendak bepergian, beliau lebih dulu mencium putrinya Fathimah.
Begitupun setelah pulang dari bepergian,Fathimah lah yang lebih dulu ditemui
oleh Rasulullah Saw.
Dalam
sebuah hadits Rasulullah Saw. bersabda: "Fathimah
adalah bagian dariku. Barangsiapa memurkainya berarti telah memurkaiku."
(HR. Bukhari no. 3417, al-Hakim dalam al-Mustadrak
juz 3 halaman 158, as-Sunan al-Kubra Imam
Baihaqiy juz 7 halaman 64 dll).
Dalam
hadits lainnya Rasulullah Saw. berkata kepada putri tercintanya ini: “Fathimah apakah engkau ridho bahwa engkau
adalah pemimpin dari seluruh wanita mukmin.” (HR. Muslim no. 98, Musykil al-Atsar karya ath-Thahawy juz 1
halaman 51, Ithaf as-Sadat al-Muttaqin karya az-Zabidy juz 6
halaman 244 dll).
Sedang
dalam riwayat Ahmad Rasulullah Saw. bersabda: “Fathimah adalah paling utamanya wanita surga.” (HR. Ahmad juz 3
halaman 80 dan juz 5 halaman 391 dll).
Fathimah
az-Zahra al-Batul wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah Saw. pada malam Selasa
bulan Ramadhan tahun 11 H. Wafat dalam usia 29 tahun.
Pernikahan
Fathimah az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib melahirkan Hasan, Husein dan
Muhassin (ada yang mengatakan Muhsin). Muhassin meninggal saat masih kecil, kemudian
Ummu Kultsum dan Zainab.
Rasulullah
Saw. tidak punya keturunan selain dari putrinya Fathimah ini yang kemudian
nasab Rasulullah Saw. yang mulia ini tersebar melalui Sayyidinaa Hasan dan Husein.
Sehingga jika dinisbatkan kepada keduanya, maka muncul al-Hasany dan al-Husainy.
Diantara generasi pertama dari Dzurriyyah Sayyidina Husein adalah keluarga
Ishaq bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainal Abidin Ali bin
Husein bin Ali bin Abi Thalib al-Ishaqy. Yang kemudian disebut al-Husainy al-Ishaqy.
Ishaq
ini adalah suami sayyidah Nafisah binti Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali bin Abi
Thalib. Terlahir dari sini dua orang yaitu Qasim dan Ummu Kultsum, namun tidak
punya keturunan.
Kemudian
Umar bin Khaththab menikahi Ummu Kultsum binti Fathimah mempunyai dua anak yang
bernama Zaid dan Ruqayyah namun tidak punya keturunan. Kemudian Ummu Kultsum
menikah lagi setelah wafatnya Umar bin Khaththab dengan 'Aun bin Ja'far.
Setelah
'Aun meninggal Ummu Kultsum menikah lagi dengan saudaranya 'Aun sendiri yaitu
Muhammad bin Ja'far. Lalu Muhammad bin Ja'far pun wafat. Setelah wafatnya
Muhammad bin Ja'far,Ummu Kultsum menikah lagi dengan saudara dari 'Aun dan
Muhammad ini yaitu Abdullah bin Ja'far lalu dengan yang terakhir ini Ummu Kultsum
wafat.
Dari
ketiga saudara yang menikahi Ummu Kultsum ini tidak ada yang memberi keturunan,
hanya satu dari Muhammad bin Ja'far yaitu anak perempuan kecil yang akhirnya
tidak juga punya keturunan.
Setelah
wafatnya Ummu Kultsum, maka Abdullah bin Ja'far pun menikahi saudara perempuan Ummu
Kultsum yang bernama Zainab binti Fathimah dan mempunyai beberapa orang anak diantaranya
adalah Ali dan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum yang ini menikah dengan anak pamannya
sendiri yang bernama Qasim bin Muhammad bin Ja'far bin Abi Thalib, dan punya
beberapa anak diantaranya Fathimah yang kemudian dinikahi oleh Hamzah bin Abdullah
bin Zuber bin Awwam yang juga punya keturunan.
Jadi
di sini ada kesimpulan penting bahwa keturunan dari Abdullah bin Ja'far
tersebar melalui Ali dan adiknya Ummu Kultsum yang dua-duanya ini terlahir dari
rahim Zaenab binti Fathimah az-Zahra.
Dzurriyyah
yang datang setelahnya dari keturunan ini biasa disebut dengan Ja'fary. Berarti
jelas tak ada keraguan sedikitpun mengenai kemuliaan nasab ini. Bagaimanapun kemuliaan
keluarga yang dinisbatkan kepada Ja'far ini tetap di bawah kemuliaan Dzurriyyah
yang dinisbatkan kepada Sayyidina Hasan dan Husein. Laqab atau gelar Syarif
(orang-orang mulia berdasar keturunan) ini juga diberikan pada golongan Abbas
atau Abbasiyyun karena mereka berasal dari keluarga Bani Hasyim.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata bahwa golongan gelar Syarif
diberikan kepada Abbasiyyin di Baghdad dan gelar Alawy
di mesir. Syarif dan Alawy maknanya sama yaitu mulia.
Wallahu al-Musta’aan
Sya’roni,
Indramayu 13 Rabi’ul Awwal 1434 H